Penyakit Buerger adalah penyakit mengakibatkan peradangan pembuluh darah yang mengakitkan tersumbatnya aliran darah, memicu terjadinya trombosis (gumpalan darah) dan akhirnya menimbulkan kerusakan anggota gerak yang seringkali harus di amputasi. Penyakit ini ditemukan tahun 1908 dan hingga kini belum ada obatnya. Berhenti merokok merupakan satu-satunya cara yang terbukti efektif meredam berlanjutnya penyakit ini. Walau demikian, banyak diantara perokok yang terdiagnosis penyakit ini ternyata kesulitan berhenti merokok.
Sifat adiktif nikotin yang terkandung didalam rokok merupakan sesuatu yang sudah terbukti secara ilmiah. Perusahaan rokok sudah mengetahui hal ini namun memutuskan untuk tidak mengumumkan hal tersebut. Mereka justru berusaha meningkatkan kadarnya agar produk yang mereka jual semakin menyebabkan ketergantungan. Hal ini juga terungkap pada ligitasi panjang terhadap perusahaan rokok di Amerika.
Agar produknya laku, perusahaan rokok menjual produknya ke anak-anak sehingga mereka kecanduan rokok dari kecil. Modus seperti ini terungkap di proses ligitasi terhadap perusahaan rokok dulu. Hal yang sama kini terjadi pula di Indonesia. Jutaan anak-anak disodori rokok, kecanduan, dan kemudian banyak diantaranya menjadi pesakitan saat dewasa.
Pemerintah harus hadir melindungi rakyatnya dari bahaya rokok. Naikkan pajak dan cukai rokok 3x lipat, maka jumlah perokok akan turun hingga 1/2 nya. Penjualan rokok pasti turun tapi penghasilan pemerintah dari rokok dijamin akan naik hingga 2x lipat. Ini sudah terbukti di banyak negara. Karena itulah mayoritas negara di Dunia sudah menandatangani FCTC.
Pemasukan hingga 2x lipat atau 160 Trilyun setahun saya rasa cukup untuk menciptakan lapangan kerja baru untuk para buruh, petani, atau pedagang rokok. Bahkan lebih dari itu, uang sebesar itu cukup untuk memperbaiki Layanan Kesehatan di Indonesia yang masih carut marut.
Mohon share-nya sehingga pemerintah kita tergerak untuk memperbaiki keadaan dan para perokok terdorong untuk berhenti. Terimakasih.
No comments:
Post a Comment